
Indramayu –Tinta Merah Net-Desa Drunten Kulon, Kecamatan Gabuswetan, Kabupaten Indramayu, mengadakan acara Mapag Sri yang sarat makna di depan kantor balai desa. Tradisi ini menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh warga setempat untuk menyambut panen raya.
Acara Mapag Sri dimulai dengan doa bersama yang dihadiri oleh masyarakat dari sebelas RT, perangkat desa Drunten Kulon, serta unsur Forkopincam Gabuswetan. Kehadiran berbagai elemen masyarakat ini mencerminkan komitmen kolektif dalam mendukung pelestarian budaya lokal.Pada Senin, 7 April 2025,
Kepala Desa Drunten Kulon, Adi Sucipto S. Si., menyampaikan, “Acara ini bukan hanya merayakan hasil panen, tetapi juga bertujuan mempererat hubungan antar warga dan mendorong partisipasi aktif dalam menjaga tradisi.” Ini menunjukkan keseriusan masyarakat dalam melestarikan nilai-nilai budaya yang telah ada sejak lama.
Pagelaran wayang kulit kali ini menampilkan dalang terkemuka, H. Suwarno, yang berasal dari Desa Cipaat, Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu. Diharapkan, pertunjukan ini dapat menarik perhatian warga dan memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kekayaan warisan budaya di daerah tersebut.
Lurah Asep menambahkan bahwa “Mapag Sri bukan hanya sekadar perayaan hasil bumi, tetapi juga pelestarian budaya yang mencerminkan identitas masyarakat. Melalui pertunjukan wayang kulit ini, kami ingin generasi muda memahami dan menghargai seni serta budaya asli kita.” Ini mencerminkan betapa pentingnya budaya dalam kehidupan masyarakat desa.
Istilah “Mapag Sri” dalam bahasa Jawa halus berarti “menjemput padi”. Dalam konteks ini, “mapag” mengartikan menyambut, sedangkan “sri” mengacu langsung pada padi. Tradisi ini melambangkan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah dan penghormatan terhadap sektor agrikultur yang menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat.
Ketika ditemui oleh awak media, Ketua BUMDES Drunten kulon, Samsul Efendi, berharap agar acara ini tidak hanya menjadi kenangan indah tahun ini, tetapi juga dapat diadakan secara berkelanjutan di tahun-tahun mendatang.
Dengan demikian, acara Mapag Sri kali ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga merupakan upaya bersama untuk menjaga dan meningkatkan nilai-nilai budaya lokal sebagai bagian dari identitas masyarakat.(Nurdiansyah)